Kamis, 04 Mei 2017

PILIH BIAYA BPJS atau MANDIRI



 RS. ANUTAPURA PALU

Palu, Arthur08.blogspot.com Pasien lagi – lagi keluhkan pelayanan Rumah Sakit Umum (RSU) Autapura Palu, Pasalnya, malam itu sekitar  pukul 21.15 setelah bekerja memperbaiki mobil pick up yang ditangani sejak sore hari, alhasil mobil itu belum tuntas, namun kondisi teknisi yang memperbaiki sudah lelah, berkeringat dingin, dan pucat.


Tak berapa lama Istrinya datang mendegar panggilan dari garasi rumah, dibopongnya perlahan laki – laki tua itu, masuk ke dalam rumah dan lelaki tua yang berusia kira – kira 50 tahun keatas itu dibaringkan di ruang keluarga. Hingga pukul 00.45, kondisi lelaki itu semakin memburuk.
“semua kelihatan gelap” bisiknya pada istrinya yang sedari tadi duduk disisinya.
Dan mereka sepakat membawa lelaki itu ke. RS terdekat dari lokasi tempat tinggal mereka.
Penanganannya lumayan cepat, hasil tes dari dokter shift malam menunjukkan bahwa pasien mengalami gejala serangan jantung. Tetapi pada malam itu pasien ditempatkan diruang IGD, belum bisa dipindah ke ruangan ICCU unit ruangan khusus untuk perawatan intensif penyakit jantung, karena stok kamar belum ada yang kosong alias FULL. Dokter lelaki itu menambahkan kalau sampai besok pagi belum ada ruangan kosong akan dirujuk ke RS Undata.

“sampai pagi itu jam berapa dok?” tanya anak dari lelaki tua itu
“mungkin jam 10-11 pagi’
“oh…sudah siang itu dok”
Anak itu berlalu pergi meninggalkan bagian informasi, berjalan cepat memasuki ruang Instalasi Gawat Darurat.
Hari pertama di ruang IGD dilakukan cek tensi darah pasien rendah 90/60, umumnya jika normal untuk orang dewasa sehat 120/80 mm Hg.
“Bapak serangan jantung, tapi tekanan darahnya kok rendah?”
“dari dulu sus, tiap cek tekanan darah memang rendah walaupun saya dalam kondisi sehatpun, paling tinggi 100/70 mm Hg”
“oh..begitu pak, memang untuk beberapa kasus ada yang seperti itu”
“mungkin baru gejala saja sus, karena saya sudah menderita maag akut dan ulu hati saya sakit”
“biasanya berawal dari penyakit maag karena kronis memicu pada jantung, sebaiknya kurangi rokok dan mengkonsumsi kopi yang mengandung cafein”
“kalau serangan jantung pasti nafas saya tersengal – sengal sus, saya hanya kecapean, perlu istirahat”
“ia pak, nanti saya sampaikan pada dokter” suster itupun pergi setelah memperbaiki letak selang infus dan O2

Hingga malam hari belum nampak kabar ruang Intensif Coronary Care Unit tersedia. Malah kabar barunya seorang mantri laki – laki yang berseragam hijau ngotot untuk memasang kateter.
Setelah berdalih panjang lebar mengenai fungsi kateter yang menurut mantri wajib digunakan. Pasien tetap tidak mau dipasang untuk sementara waktu. Ia meminta kepada dokter untuk diberikan waktu sekitar 2 jam untuk mempertimbangkan saran dari mereka, karena menurut lelaki yang didiagnosa mengalami serangan jantung, kateter dipasang ketika orang sudah tidak mampu bergerak, sedikitnya tidak bisa ke  WC/KM sendiri, tapi ternyata kondisi pasien masih mampu melakukan segala aktifitas tersebut.

Merasa saran kurang direspon dari pasien, si mantri membuat catatan pada daftar laporannya bahwa pasien menolak perlakuan dari staff rs untuk dipasang kateter dan pasien diminta menandatangani berita acara atau catatan dari si mantri dengan maksud mereka tidak bertanggung jawab atas resiko jika terjadi sesuatu. Berhubung pasien yang telah tertidur lelap, maka catatan tersebut diwakilkan oleh anak pasien.
Tidak sampai disitu usaha sang mantri yang telah mengalami penolakan hehehehe….



KATETER

Hari ke dua pasien dipasangi alat syringe pump yang berfungsi memberikan cairan atau obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur menggunakan motor DC/ tenaga pendorong sistem elektronik. Pemasangan alat tersebut sedikit merepotkan tiap kali menuju kamar mandi, karena tiang infus 3 roda tempat melekat alat itu juga menemani.

SYRINGE PUMP

‘saya minta pispot saja sus”
pispot untuk pria habis pak”
“hedeh…..bagaimana mungkin di RS sebesar ini kekurangan pispot” gerutu pasien


PISPOT PRIA

Untung saja dengan sabar sang istri mengantar suaminya ke kamar mandi tiap kali ingin buang air.
Kembali anak pasien datang ke bagian informasi menanyakan ruang ICCU. Akhirnya anak itu cukup senang mendapat kabar dari dokter jaga siang bahwa tersedia sebuah ruangan di RS. Undata. Hingga pukul 4 sore pasien belum juga dipindahkan ke rs tersebut. Setelah magrib ada keluarga datang  membesuk.

“tidak sakit jantung kenapa mau pindah ke ICCU jantung”
“kata dokter yang pertama kali memeriksa ada pembuluh darah yang tersumbat, untuk memastikan harus pindah ke ruangan ICCU”
“Kau itu kecapean lantaran bekerja tidak brenti – brenti” dengan logat arab- kailinya
“ikuti saja dulu saran mereka”
“jadi kapan mo pindah ke ruang ICCU”
“disini kosong, jadi dirujuk ke Undata, tapi sejak sore belum ada kepastian lagi, cairan infus dan cairan pump aja yang ditambah”
“masak nda ada ruang kosong”
“katanya…begitu, sampai esok hari tidak ada pulang ke rumah saja, saya hanya perlu istirahat”
“saya curiga ini permainannya dorang lagi, so ada stau yang booking itu ruang” merasa ganjil pria bertubuh tinggi besar itu mengajak anak pasien itu ke ruang ICCU jantung bangunan lama lantai 1. Setibanya ditempat itu mereka menemukan sebuah ruang kosong lengkap dengan peralatan rekam jantung.
 
EKG (ELEKTROKARDIOGRAF) / REKAM JANTUNG


Anak pasien itu mulai emosi menyadari kebohongan dari pihak rs. Sebelum sempat membeludak, sang ibu memintanya untuk membeli makan malam. Beliau berkata ayahnya sudah merasa lapar. Sekitar 30 menit kemudian anak pasien itu datang membawa bungkusan plastik.
Beberapa staf evakuator mulai berbenah memindahkan pasien ke atas ranjang dorong untuk dibawa masuk ke dalam ambulance.

Anak pasien itupun lekas merapikan barang – barang di ruang IGD, lalu menyelesaikan urusan administrasi pada bagian kasir IGD, sementara pasien dan istrinya telah melaju dengan mobll ambulance  menuju RS. UNDATA. Selesai melakukan pembayaran biaya selama di rs. Umum anutapura itu, ia menuju area parkir motor. Mengambil motor dan segera menyusul ke rs tempat pasien dirujuk.
Punggung memikul tas ransel yang penuh pakaian, lengan menggantung tas tangan yang berisi makanan, dan sejak tadi perut mengeluarkan bunyi- bunyi aneh (pertanda lapar), tapi tetap fokus mengendarai sepeda motor agar sampai dengan selamat, malam itu pukul 21.30.

Tiba di rs. Undata anak itu menuju bagian informasi dan cukup kaget mendengar kabar bahwa pasien serangan jantung tidak jadi dirujuk ke ruang ICCU di rs undata karena ruangan kosong telah terisi oleh pasien lain.

Anak pasien itu sudah lelah dengan keganjilan yang mereka hadapi dan harus kembali lagi ke RS Anutapura, sesampainya di entrance area IGD ia mendapati mobil ambulance yang parkir di carport depan pintu masuk utama. Tak peduli menabrak salah satu personil tim evakuator. Terus melangkah makin cepat melewati bagian informasi menatap para mantri dengan mata berapi – api. 

Kembali keruangan IGD, orangtua anak itu berusaha menenangkannya, hingga mantri yang berbeda dari hari pertama datang ke ruangan itu. Lelaki berseragam hijau itu memanggilnya.
Dengan suara lantang anak itu berkata, “kenapa saya kesitu, kamu yang kemari” masih dengan emosi yang menggebu – gebu.

“coba ibu ikut saya dulu untuk menjelaskan situasi ini”
“pelayanan macam apa ini bisa – bisanya salah informasi ruangan yang semula ada sekarang tidak ada, apa masuk akal 2 staf rs yang dari sore tadi hingga malam hari masih  salah konfirmasi, padahal kami bayar tunai, apalagi kalau bpjs lebih parah lagi tuh pelayanannya.
Seorang satpol pp rs menyusul, mencari sumber keributan…, anak pasien itu tidak peduli tangannya mengepal keras.
“ruangan kosong itu semua bohong, sy sudah cek di ruangan ICCU yang ada disini dan masih ada ruangan kosong”
“dimana ibu ruang itu?” dengan tampang mulai panik
“ICCU di bangunan lama lantai 1, saya tidak takut bawa saja kasus ini ke kantor polisi”
“kami tidak terima kalau dipermainkan seperti ini” tambah pasien yang duduk diatas ranjangnya.
“maaf pak, bu….biaya administrasi yang telah dibayarkan kami kembalikan, ini kesalahan kami karena mis komunikasi”
“pokoknya besok pulang saja, untuk apa dirs ini”
“sudah nak, sudah….” Pasien itu masih bersabar.

Keesokan harinya pasien akhirnya dipindahkan ke ruang ICCU jantung di bangunan lama lantai 1. Meskipun dokter masih belum mengizinkan pasien untuk pulang tetapi pasien bersikeras untuk pulang karena berdasarkan hasil ekg (elektrokardiograf)menujukkan kondisi jantung pasien normal , murni akibat kecapean kerja dan penyakit maag akut. Akhirnya dokter mengizinkan pasien pulang setelah 2 hari dirawat di ruang ICCU dengan syarat dokter tetap meresepkan beberapa list obat jantung untuk dikonsumsi beserta obat lainnya.

Demikian penuturan pasien biaya mandiri atas pelayanan yang mereka terima selama dirawat di rs. Anutapura, kepada Arthur08blogspot, Rabu (3/5)

Dan masih banyak keluhan masyarakat terkait dengan pelayanan rs tersebut diatas.
Sebagai editor kami menyampaikan bahwa masyarakat kota palu selalu berharap para perawat dan seluruh staff RS anutapura banyak melakukan introspeksi diri terhadap pelayanan mereka, berubah menjadi lebih baik meskipun untuk melayani pasien BPJS Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat yang memiliki beberapa tipe kelas misalnya dari A sampai E tentunya tiap kelas tersebut memiliki perbedaan dalam hal kelengkapan fasilitas dan pelayanan, tetapi dengan memberikan pelayanan yang baik, bagaimana tidak hak – hak pasien adalah sama. Baik BPJS maupun biaya mandiri. 

Jadi pilih yang mana?