Jumat, 14 Maret 2025

ITU HARUS KAMU

Sudah enam bulan berlalu...

"aku baik-baik saja" kata Misha meyakinkan diri sendiri. Ia meyandarkan punggungnya pada daun pintu kayu sambil mengesap kopi hitamnya lalu melempar pandang ke luar kamar.

Pagi itu seperti biasanya ia memainkan play list pada hp androidnya memutar lagu dari grup band kesukaannya NOAH.

"Maka izinkanlah aku mencintaimu...atau bolehkah aku sekedar sayang padamu" 

Misha bersenandung penuh perasaan, saking menghayati musik yang di dengarnya ia hampir lupa menyeduh bubuk minuman sereal itu dengan air panas yang telah direbusnya namun, ia tidak lupa atas kesempatan hidup kedua kali yang ia peroleh setelah kecelakaan di masa lalu.

Kembali melirik jam tangan yang sudah 3 tahun belakangan ini melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Jam tangan dengan strap coklat, Alba. Merk jam tangan itu cukup terkenal di dunia perkantoran. Pada saat itu jarum jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. 

Misha lekas meraih handuk, mengabaikan sarapannya, ia pikir masih sempat memakan roti dengan selai coklat itu sebelum ke kantor. Ia sudah hapal betul jadwal mandi penghuni kos putri itu. Kos itu terdiri dari empat bilik. Bilik pertama sebagai penghuni terlama  dengan no kamar 3 seorang PNS yang bekerja di Kemendes, gadis bandung itu baik hati, namanya Indah. Indah selalu mengangkat sepatu yang kujemur pada  bantalan dinding beton pada balkon kos itu, ketika hari akan hujan, dan aku belum pulang.

Akhir-akhir ini aku pulang terlambat selalu menjelang isya baru sampai dikosan. Beruntungnya Ibu kos tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena baginya yang terpenting adalah uang kos tetap dibayar.

Bilik kamar dengan nomor 4 ditempati seorang wanita sunda yang tidak begitu ramah, aku pernah menegurnya karena dia cukup jorok tidak membuang sampah pada tempatnya. Aku tidak suka wanita yang malas bersih-bersih minimal kamu membersihkan kamarmu sekali dalam seminggu, entah mengepel ataupun hanya sekedar menyapunya, karena kamar yang hanya berukuran 2,5 x 3 meter persegi itu tidak dilengkapi jendela. Tak ada satupun lubang udara disana, hanya pintu kayu dengan tinggi 210 cm, bisa dibayangkan betapa pengapnya, hanya kipas angin yang selalu menjadi penolong ketika malam hari menyambut. Oh ya gadis itu bernama Vina.

Lanjut ke bilik kamar bernomor 2, masih orang sunda, gadis ini juga sangat ramah, dia kerap kali tersenyum ketika kami berpapasan entah saat aku sedang mencuci baju, atau sedang mengambil makanan yang diantar oleh go food ke lantai 1. Dia bekerja sebagai sales kosmetik yang tidak jauh dari lokasi kos yang kami tempati. Namanya Ika, aku sering mendengar ibu tukang setrika yang menyetrika baju keluarga pemilik kosan menyapanya dipagi hari sebelum berangkat kerja.

Dan tentu saja aku penghuni kamar nomor 1. Benar saja sarapan pagiku masih sempat kuhabiskan. Aku bisa menitip pada teman kantor untuk membelikanku. Aku tau dia pasti akan membelikan sarapan untukku walaupun tanpa kuminta. Sudah sebulan ini bubur ayam bertengker di atas meja kerjaku.

Setelah menyetting go transit dengan rute termasuk go ride yang standbye mengantar hingga stasiun kereta api. Pukul 08.30 tepat aku telah berada dalam comuter line rute Duren Kalibata ke Buaran, tentu saja aku harus transit dulu di manggarai. Ramai seperti biasanya di peron manggarai peron 3 tujuan stasiun Buaran. Aku menyandarkan punggung pada pagar besi tak jauh dari peron, sambil memperbaiki topi hitam yang kukenakan. Bunyi suara informasi membawa lamunanku ke tiga bulan yang lalu.

Hari itu hujan deras, seperti biasa di bogor setiap harinya hujan di sore hari dari pukul 15.30 s/d malam hari. Kadang berhenti lebih awal, dan terkadang entah sampai kapan. Hari ini adalah hari ke dua aku di Bogor. Setelah survei lapangan lelaki dengan jaket hitam berkerah itu mengetuk pintu kamarku. Kamar 309.

"Misha kamu udah mandi" Katanya sambil menahan pintu kamarku yang hanya terbuka separuh.
"Ia, maaf lama ya..." Dengan mata menatap cemas
"Nggak masalah, ayo makan, udah waktunya makan malam biasanya kamu telat makan"

 Bagas sudah pasti hapal dengan kebiasaanku yang terlalu fokus ketika bekerja sampai lupa jam makan. Ia paling rajin mengingatkan kadang aku kesal dengan perhatiannya menurutku berlebihan, untung saja aku tidak baperan.

Kami memesan 2 mangkuk mie ayam dan 2 gelas teh hangat. Setelah makan malam kami memutuskan kembali ke hotel. Kami melanjutkan menyelesaikan Perencanaan Madrasah, aku menyusun RAB, dan sesekali merevisi gambar shop drawing yang dibuat oleh Bagas.

"Kalau bukan denganmu aku tidak akan se effort ini menyelesaikan tugas ini, ngapain lembur toh masih ada hari esok" Kata Bagas sambil memandang wajah dihadapannya yang memandang ke layar laptopnya.
"Ia sih, sebenarnya kan kamu bisa tidur, aku tak memintamu untuk mengerjakan ini di kamarku"
"Kalau bukan karenamu aku tidak akan melakukannya, kau tau kan"
"Sudahlah gas, banyak target aku harus menyelesaikan sebelum tahun baru, jadi minus sehari aku bisa freedom"
"Aku sudah segamblang ini, kamu bukan tidak peka, apa kamu mati rasa" Masih menatap wajah dihadapnnya, ia meraih lengan gadis itu menariknya.
Misha terkejut, kini wajahnya tepat berada di hadapan Bagas, mata mereka saling memandang, Bagas memiringkan wajahnya dan lekas melepaskan kecupan. Tapi belum sempat mendarat pada bibir, gadis dihadapannya telah mendorongnya menjauh"
"NO, don't do that" Aku pernah bilang jangan suka sama aku, kita ini teman kerja, kamu taukan aku tidak ingin pacaran" Nada suaranya berubah dingin.
"Kamu tidak bisa melarang orang jatuh cinta, memangnya aku yang menciptakan perasaan ini ?!, kamu pikir aku batu, apa karena teman sekantor jadi menurutmu tidak profesional" Kata Bagas lagi sambil kedua tangannya menyentuh pundak Misha yang telah bersandar di dinding kamar itu"
"KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG !!!" Misha menarik menepis jemari Bagas dan menggiringnya keluar kamar.

Tentu saja hari ketiga pelaksanaan survey berlangsung dengan penuh awkward. Ternyata sikap kasar Misha tidak merubah apapun, justru Bagas makin getol lagi mendekatinya.

"Begitulah lelaki Misha, mereka penasaran dan mereka tidak akan menyerah sampai berhasil menaklukan wanita yang mereka suka, sebenarnya si Bagas itu ganteng loh mana dia cerdas lagi, cumlaude type kamu banget gak sih ?!"
"Dia nyaris sempurna, tapi kontrak kita gak lama untuk proyek ini, dia tinggal di Kaltara dan aku akan pulang ke Solo, aku tidak siap untuk LDR"
"Gak kan pernah ada solusi jika tidak pernah dibicarakan", ayolah Mis dia bukan seperti mantan kamu yang mudah suka pada semua wanita bahkan belum bertemu sekalipun, dia bukan seperti mantan kamu yang profilnya shalat 5 waktu tapi suka ngajakin anak orang ke tempat gelap"
"Dia bukan mantan aku, aku tidak berpacaran dengannya, dia hanyalah pembohong yang banyak memakan korban" Akupun tidak membencinya. Semoga dia baik-baik saja, aku hanya membenci diriku sendiri yang pernah percaya, sudahlah semua sudah lewat, aku tau tidak semua pria sama, sebenarnya aku menyukai Bagas, tapi aku masih trauma"
"Kau harus memberinya kesempatan" Ingat orang yang tepat tidak akan datang untuk kedua kali, jangan sampai kamu menyesal setelah kehilangannya yang sudah memperjuangkanmu"

Malam Tahun Baru 2024 menjelang tahun 2025

 



Jam dinding menunjukkan pukul 20.00, kami masih sibuk mengeprint laporan bulanan dan laporan final yang akan di submit ke kementerian pusat. Sejak sejam yang lalu Ara bersenandung mengganggu untuk mengingatkan rencana makan malam kami di Taman Impian Jaya Ancol sambil menunggu perayaan kembang api. Dalam perjalanan ke TMI aku menggunakan comuter line yang akan turun di stasiun ancol. Dompet ara tertinggal sehingga dia akan menyusul bersama Riza, drafter lulusan ITB yang telah seminggu bergabung di perusahaan kami. Seorang teman lain telah tiba di anjungan ancol.

"Misha udah nyampe mana?" Sambil memperbaiki posisi earphone pada telinga kanannya
"Tadi macet parah eru, sejaman baru sampai di stasium manggarai, mungkin 30 menit lagi"
"Anak-anak udah ada yang bakar kembang api"
"Ia biarin aja yang penting aku datang"
"Ok be careful ya say"

Ketika aku sampai di lokasi tempat kami janjian di depan resto apung yang tidak jauh dari panggung tempat konser, seorang lelaki dengan parfum familiar rupanya telah menunggu disana.

"mmmm....mana yang lain" Kataku sambil berjalan mendekati pijakan lelaki itu"
"Ia nih anak-anak pada rese, tadi eru bilang katanya sakit perut jadi dia bilang mau cari obat sakit perut dulu"

Aku paham sepertinya malam ini telah di setting untuk pertemuan ini, pantas saja Ara aku hubungi bilannya gangguan sinyal.

"Eh, Misha ini buat kamu" sambil menyerahkan buket mawar merah dan selembar kertas yang terselip diantara bunga itu"

"Makasih, bunganya cantik banget, tapi Bagas darimana kamu tau aku suka bunga mawar" Dari Ara ya...yang cerita?" Tanyaku yakin

"Aku tau, dari 15 tahun yang lalu aku sudah tau" Menatap lurus wajah di depannya

"Ngaco 15 tahun yang lalu ?! Kita kan baru ketemu beberapa bulan yang lalu di Kota ini" Kataku bingung

"yah....aku bersyukur karena allah mempertemukan kita, ternyata pilihanku bergabung di project ini mungkin sudah takdir Allah", oh ya coba buka kertas pada bunga itu. Sambil menunjuk yang dimaksud.
Misha membuka lipatan kertas A4 itu dan terkejut atas apa yang dilihatnya
"ini....inikan sketsa tangan aku" Sambil menunjukkan sketsa pensil Kota Tua. "Jadi kamu anak lelaki yang menyelamatkan aku dari kecelakaan itu"

"Akhirnya kamu ingat Misha, 15 tahun lalu itu hari ulang tahun kamu kan. Malam itu kamu keluar dari Kaizen Cafe, dengan membawa sebuket bunga mawar dan sketch book, aku tidak tau kenapa sebabnya tapi yang aku sadari pipimu basah berurai air mata dan tanpa pikir panjang kamu berlari ke arah jalan raya...."

Malam itu sepulang dari Kota Tua Misha bermaksud menemui calon suaminya pada cafe tempat mereka berjanji untuk bertemu, setelah ia menerima buket bunga yang dikirim ke rumahnya. Ia datang sejam lebih awal dan menemukan bahwa calon suaminya berciuman dengan wanita lain di pojok koridor cafe.
Misha tidak pernah tau lelaki yang menyelamatkannya, karena setelah mendonorkan darahnya Bagas berangkat ke Jogja karena hari itu Ayahnya meninggal dunia.

"Terlepas dari kejadian kecelakaan itu, aku sayang kamu misha aku serius, maksudku mungkin aku terlalu naif berharap kamu mau menikah denganku, mungkin kamu belum siap, tapi aku mau menunggu itu, bahkan jika kamu menolakku...

Misha meletakkan jari telunjuknya ke bibir Bagas, seraya memintanya untuk berhenti
"Aku mau Bagas, dia hanya masa lalu, aku juga tau ini berat buat kamu berusaha tegar di hari ini bahkan kamu memberiku bunga, kalau bukan karenamu aku tidak akan hidup sampai hari ini" Matanya berkaca-kaca sembari menyentuh lembut jari tangan kanan Bagas

Hari ini 25 Mei 2025
setelah Bagas selesai memasangkan cincin di jari manis tangan kanan Misha.
MC mendekat ke arah pembelai wanita dan menyerahkan mic.

"Don't listen don't judge, Bagas, kamu tau gak sebenarnya aku berani janji sama mama untuk menikahi pria yang telah menyelamatkanku, karena aku tidak percaya aku akan bertemu pria itu lagi"
Bagas tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Misha diikuti dengan para hadirin di acara tersebut
"Misha, aku tidak begitu menyukai hiking, aku lebih suka diving...tapi kalau bukan denganmu, maksudku itu harus kamu maka aku melakukannya" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah Misha lalu mengecup kening gadis itu..sambil berbisik "Mine Only" Kata Bagas Yakin.


 

 

 Kalau kita tidak beruntung pada suatu hal yang kita inginkan.
Mungkin saja kita beruntung pada banyak hal yang justru orang lain inginkan.
Terkadang kita hanya perlu sedikit lebih sabar dan bersyukur dengan apapun yang ada di depan kita.
Bukan terus menyalahkan diri sendiri apalagi keadaan.


Copas Mr. S. Thank you so much quotenya Menyala abangku....wkwkwkk !!!!

Akhirnya nulis fiksi lagi edisi 2025