Assalamualaikum War. Wab.
Btw udah lama vakum nih dari
dunia penulisan….tiba-tiba aja terinspirasi wkwkwkw. Anggap aja tulisan kali
ini persembahanku buat 17 agustus 2021.
Suatu hari anak laki-laki yang
lebih mirip seorang anak SMA, memegang erat tangan pacarnya dia menatap ke
dalam matanya mencoba meyakinkan apa yang dikatakannya adalah kebenaran. “Lihat
aku mencoba menipumu lagi” sorotan matanya seakan menyiratkan demikian.
Ia berkata bahwa gadis itu adalah
segalanya baginya, gadis yang bertemperamen kasar, sangat pencemburu, biasa
saja, dan sangat polos itu seperti tersihir atas tipu muslihatnya.
“Saya tidak pantas untukmu, kau
berhak mendapatkan orang yang bisa mendukung masa depanmu”, jangan keluar dari
tempat kerjamu, kau butuh uang itu”
“kau adalah masa depanku, kau
lebih berharga dari uang itu, kita bisa mendapatkan uang di tempat lain, aku
akan freelance, dan tidak ingin menjadi PNS, yang penting hubungan kita nyaman,
saya Bahagia bersamamu”
“saya tidak mengerti apa yang kau
lihat dari diriku ? saya banyak kekurangan dan paling kau tau kecemburuanku ini
adalah kelainan yang merusak hubungan kita, saya mau kau dengan orang lain,
yang penting kau Bahagia, saya ikhlas” matanya berkaca-kaca.
“Saya mau kau tidak ada yang lain,
saya ingin kita segera menikah, saya ingin punya anak darimu” demi menguatkan
pernyataannya dia tidak masuk kantor selama seminggu. Awalnya biasa saja, anak
lelaki itu telah bulat dengan tekatnya.
Dan esok harinya berubah 180°
Ia menemui bosnya dirumahnya dan
beberapa karyawan lain disana. Tak lama setelah pertemuan itu dia menelepon
kekasihnya.
“Saya merasa seperti sampah, tidak
bersyukur, saya mengundurkan diri tetapi masih dipertahankan, betapa baiknya
mereka kepadaku”
Anak lelaki itu bercerita demikian,
agak berbeda dengan cerita yang biasa dibawakannya tentang mereka yang
mempermasalahkan uang dinas yang diterimanya, yang berkata sulit untuk
berkoordinasi dengan teman-teman kantornya.
Isi wa yang diterima kekasih anak
lelaki itu berbeda lagi “saya diajak ke Irian Jaya, kalau sayang bilang pergi
saya akan pergi, kalua tidak saya tidak akan pergi.
Belum sempat membalas isi WA anak
laki-laki itu, kekasihnya Nampak bingung mengapa seolah dirinya yang menentukan
perjalanan dinas anak lelaki itu.
“Bukannya hal ini telah jauh kita
bahas diawal…bukannya kau sendiri yang tidak ingin pergi, dan banyak kebacotan
lain lagi yang kau sampaikan, tidak ingatkah ?”
“Saya bingung, saya buntu sekarang…mengapa
kau tidak mendukung masa depanku, mengapa kau tidak percaya padaku, mengapa kau
tidak ingin saya menjadi maju, mengapa kau menjadi penghambat masa depanku”
“Mengapa kau buat saya seolah-olah
yang mengatur keputusanmu, mengapa saya menjadi kambing hitam atas keinginanmu,
kalua mau pergi silahkan pergi, dari lalu saya sudah sampaikan, sudah saya minta
untuk masuk kantor”
“Karena kau terlalu curiga padaku
makanya saya serba salah, saya harus menemui sahabatku untuk meminta
pendapatnya saya harus bagaimana”
“Begini Wil, kau laki-laki kau yang
harus buat keputusan, saya tidak punya hak untuk menentukan masa depanmu, saya
paham bahwa sebenarnya kau ingin pergi ke Irian Jaya, tapi kau membuat
seolah-olah saya yang memutuskan langkahmu, dan itu yang kau sampaikan pada
teman-teman kantormu. Kalau kau mau pergi silahkan, saya hanya ingin bertemu
langsung dengan kau untuk membahas ini bukan melalui telepon seperti ini…sepulang
kau dari rumah bosmu.
“Saya butuh uang, keluargaku banyak
hutang”
“Itulah, pergi saja saya ikhlas untuk
keputusanmu, hanya saja saya kaget apa
yang kau ucapkan kemarin berbeda dengan hari ini tentang kau bisa kerja
dimana saja”.
“ia nanti saya kirim pesan melalui WA kalau
Saya sudah pulang”
Percakapan di telepon itu membawa ingatan
ke peristiwa dibeberapa bulan yang lalu…
Hari itu betapa bahagianya dan
menggebu-gebu Orin mencari contoh-contoh foto prawedding, tiap pose yang
ia dapati, jika menarik baginya ia kirimkan ke kekasinya Wildan. Mereka ingin
membuat foto sederhana.
Tiba-tiba Ketika asik mengetik
pesan…, pesan yang terkirim ke WA Wildan hanya centang satu, waktu itu pukul
11.15 WIB, tetapi Orin merasa aneh mengetahui bahwa kekasihnya aktif di sosmed
Instagram. Apakah Wildan sengaja tidak mengaktifkan aplikasi WA nya.
Sore itu Orin melakukan pertemuan
dengan masyarakat di Jl. Semar, penuntasan masalah pembangunan sarana prasarana
umum. Tetapi pikirannya masih pada Wildan Ia khawatir mengapa WA nya tidak
aktif
Ia mencoba mengirim pesan melalui
pesan biasa, dan terkirim ke nomor tujuan, tak berapa lama, pesan balasan diterimanya.
“Berat disini masalahnya, nanti Saya
jelaskan, Saya akan meneleponmu jam 22.00 nanti”
Dengan berat hati Orin menunggu
hingga jam itu, sementara WA Wildan tidak juga aktif
Ketika jam 22.00 tiba, telepon
yang dinantinya tak kunjung datang.
“Mengapa wildan menghilang, apa
salahku?!!”
Orin mencarinya, ia ingin kerumah
lelaki itu, tetapi feelingnya berkata lain bahwa lelaki itu ada dikos rumah temannya.
Ia memutar arah kemudi motor yang ia kendarai. Sesampainya di Kos itu ia
pelan-pelan mengintip dari luar jendela, ternyata benar Wilda nada di dalam kos
itu. Lekas diketuknya pintu itu dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
Begitu pintu dibuka, ia serta-merta
menampar wajah lelaki yang kaget tak menyangka bisa diketahu tempat persembunyiannya.
“Apa maksudmu? Mengapa kau
sengaja mematikan WA mu, Mengapa kau tidak menelponku?!! Apa salahku…?!! Mengapa
kau menghilang, bercucuran air matanya seiring tubuhnya lengser ke lantai kos
itu”
“Saya tidak bisa menikah
denganmu, orang tuaku tidak setuju, maafkan Saya, Mamaku menangis Saya tidak
tega melihatnya seperti itu”
“Saya tidak ingin kau menjadi
anak durhaka, karena restu orangtua itu penting, Saya minta maaf untuk semua
kesalahanku selama ini, semoga kau Bahagia dengan siapapun kelak”
Punggung gadis itu hilang dibalik
pintu bergagang besi.
5 hari kemudian mereka bertemu
ditempat biasa mereka mengumpulkan tugas kantor…Wildan mengajak Orin ke sebuah CafĂ©
dan berkata “senang sekali melihatmu hari ini, Saya rindu dengan kau”
Betapa bodohnya Orin masih mau
menerima ajakan Wildan untuk Kembali, tetapi ia Kembali kecewa mendapati fakta,
bahwa hari kedua setelah mereka sepakat berpisah Wildan menghubungi mantannya untuk
menyampaikan bahwa mereka batal menikah.
Semudah itu kah….?!
Apakah wildan labil, apakah
memang Orin yang terlalu polos, atau kah ini adalah cinta buta. Kejadian hari
itu masih jelas tertanam dibenak Orin, bisa ia maafkan tapi tidak untuk
dilupakan…ia bergegas menarik gas motor maticnya melaju ke tempat janjian
bertemu dengan Wildan disebuah taman, area bermain bola basket.
Ia menunggu Wildan malam itu…melempar
tatapan ke lapangan kosong itu, meremas jemarinya yang memutih….
To be continued…