Rabu, 18 Agustus 2021

MCBYL

 

Assalamualaikum War. Wab.

Btw udah lama vakum nih dari dunia penulisan….tiba-tiba aja terinspirasi wkwkwkw. Anggap aja tulisan kali ini persembahanku buat 17 agustus 2021.






 

Suatu hari anak laki-laki yang lebih mirip seorang anak SMA, memegang erat tangan pacarnya dia menatap ke dalam matanya mencoba meyakinkan apa yang dikatakannya adalah kebenaran. “Lihat aku mencoba menipumu lagi” sorotan matanya seakan menyiratkan demikian.

Ia berkata bahwa gadis itu adalah segalanya baginya, gadis yang bertemperamen kasar, sangat pencemburu, biasa saja, dan sangat polos itu seperti tersihir atas tipu muslihatnya.

“Saya tidak pantas untukmu, kau berhak mendapatkan orang yang bisa mendukung masa depanmu”, jangan keluar dari tempat kerjamu, kau butuh uang itu”

“kau adalah masa depanku, kau lebih berharga dari uang itu, kita bisa mendapatkan uang di tempat lain, aku akan freelance, dan tidak ingin menjadi PNS, yang penting hubungan kita nyaman, saya Bahagia bersamamu”

“saya tidak mengerti apa yang kau lihat dari diriku ? saya banyak kekurangan dan paling kau tau kecemburuanku ini adalah kelainan yang merusak hubungan kita, saya mau kau dengan orang lain, yang penting kau Bahagia, saya ikhlas” matanya berkaca-kaca.

“Saya mau kau tidak ada yang lain, saya ingin kita segera menikah, saya ingin punya anak darimu” demi menguatkan pernyataannya dia tidak masuk kantor selama seminggu. Awalnya biasa saja, anak lelaki itu telah bulat dengan tekatnya.

Dan esok harinya berubah 180°

Ia menemui bosnya dirumahnya dan beberapa karyawan lain disana. Tak lama setelah pertemuan itu dia menelepon kekasihnya.

“Saya merasa seperti sampah, tidak bersyukur, saya mengundurkan diri tetapi masih dipertahankan, betapa baiknya mereka kepadaku”

Anak lelaki itu bercerita demikian, agak berbeda dengan cerita yang biasa dibawakannya tentang mereka yang mempermasalahkan uang dinas yang diterimanya, yang berkata sulit untuk berkoordinasi dengan teman-teman kantornya.

Isi wa yang diterima kekasih anak lelaki itu berbeda lagi “saya diajak ke Irian Jaya, kalau sayang bilang pergi saya akan pergi, kalua tidak saya tidak akan pergi.

Belum sempat membalas isi WA anak laki-laki itu, kekasihnya Nampak bingung mengapa seolah dirinya yang menentukan perjalanan dinas anak lelaki itu.

“Bukannya hal ini telah jauh kita bahas diawal…bukannya kau sendiri yang tidak ingin pergi, dan banyak kebacotan lain lagi yang kau sampaikan, tidak ingatkah ?”

“Saya bingung, saya buntu sekarang…mengapa kau tidak mendukung masa depanku, mengapa kau tidak percaya padaku, mengapa kau tidak ingin saya menjadi maju, mengapa kau menjadi penghambat masa depanku”

“Mengapa kau buat saya seolah-olah yang mengatur keputusanmu, mengapa saya menjadi kambing hitam atas keinginanmu, kalua mau pergi silahkan pergi, dari lalu saya sudah sampaikan, sudah saya minta untuk masuk kantor”

“Karena kau terlalu curiga padaku makanya saya serba salah, saya harus menemui sahabatku untuk meminta pendapatnya saya harus bagaimana”

“Begini Wil, kau laki-laki kau yang harus buat keputusan, saya tidak punya hak untuk menentukan masa depanmu, saya paham bahwa sebenarnya kau ingin pergi ke Irian Jaya, tapi kau membuat seolah-olah saya yang memutuskan langkahmu, dan itu yang kau sampaikan pada teman-teman kantormu. Kalau kau mau pergi silahkan, saya hanya ingin bertemu langsung dengan kau untuk membahas ini bukan melalui telepon seperti ini…sepulang kau dari rumah bosmu.

“Saya butuh uang, keluargaku banyak hutang”

“Itulah, pergi saja saya ikhlas untuk keputusanmu, hanya saja saya kaget apa  yang kau ucapkan kemarin berbeda dengan hari ini tentang kau bisa kerja dimana saja”.

“ia nanti saya kirim pesan melalui WA kalau Saya sudah pulang”

 

 Percakapan di telepon itu membawa ingatan ke peristiwa dibeberapa bulan yang lalu…

 

Hari itu betapa bahagianya dan menggebu-gebu Orin mencari contoh-contoh foto prawedding, tiap pose yang ia dapati, jika menarik baginya ia kirimkan ke kekasinya Wildan. Mereka ingin membuat foto sederhana.

Tiba-tiba Ketika asik mengetik pesan…, pesan yang terkirim ke WA Wildan hanya centang satu, waktu itu pukul 11.15 WIB, tetapi Orin merasa aneh mengetahui bahwa kekasihnya aktif di sosmed Instagram. Apakah Wildan sengaja tidak mengaktifkan aplikasi WA nya.

Sore itu Orin melakukan pertemuan dengan masyarakat di Jl. Semar, penuntasan masalah pembangunan sarana prasarana umum. Tetapi pikirannya masih pada Wildan Ia khawatir mengapa WA nya tidak aktif

 

Ia mencoba mengirim pesan melalui pesan biasa, dan terkirim ke nomor tujuan, tak berapa lama, pesan balasan diterimanya.

“Berat disini masalahnya, nanti Saya jelaskan, Saya akan meneleponmu jam 22.00 nanti”

Dengan berat hati Orin menunggu hingga jam itu, sementara WA Wildan tidak juga aktif

 

Ketika jam 22.00 tiba, telepon yang dinantinya tak kunjung datang.

“Mengapa wildan menghilang, apa salahku?!!”

Orin mencarinya, ia ingin kerumah lelaki itu, tetapi feelingnya berkata lain bahwa lelaki itu ada dikos rumah temannya. Ia memutar arah kemudi motor yang ia kendarai. Sesampainya di Kos itu ia pelan-pelan mengintip dari luar jendela, ternyata benar Wilda nada di dalam kos itu. Lekas diketuknya pintu itu dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

Begitu pintu dibuka, ia serta-merta menampar wajah lelaki yang kaget tak menyangka bisa diketahu tempat persembunyiannya.

“Apa maksudmu? Mengapa kau sengaja mematikan WA mu, Mengapa kau tidak menelponku?!! Apa salahku…?!! Mengapa kau menghilang, bercucuran air matanya seiring tubuhnya lengser ke lantai kos itu”

“Saya tidak bisa menikah denganmu, orang tuaku tidak setuju, maafkan Saya, Mamaku menangis Saya tidak tega melihatnya seperti itu”

“Saya tidak ingin kau menjadi anak durhaka, karena restu orangtua itu penting, Saya minta maaf untuk semua kesalahanku selama ini, semoga kau Bahagia dengan siapapun kelak”

Punggung gadis itu hilang dibalik pintu bergagang besi.

5 hari kemudian mereka bertemu ditempat biasa mereka mengumpulkan tugas kantor…Wildan mengajak Orin ke sebuah Café dan berkata “senang sekali melihatmu hari ini, Saya rindu dengan kau”

Betapa bodohnya Orin masih mau menerima ajakan Wildan untuk Kembali, tetapi ia Kembali kecewa mendapati fakta, bahwa hari kedua setelah mereka sepakat berpisah Wildan menghubungi mantannya untuk menyampaikan bahwa mereka batal menikah.

Semudah itu kah….?!

Apakah wildan labil, apakah memang Orin yang terlalu polos, atau kah ini adalah cinta buta. Kejadian hari itu masih jelas tertanam dibenak Orin, bisa ia maafkan tapi tidak untuk dilupakan…ia bergegas menarik gas motor maticnya melaju ke tempat janjian bertemu dengan Wildan disebuah taman, area bermain bola basket.

Ia menunggu Wildan malam itu…melempar tatapan ke lapangan kosong itu, meremas jemarinya yang memutih….

 

 

 

To be continued…

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar