Tik…tik…tik…tik
Butiran-butiran air yang jatuh dari langit menerpa atap rumah-rumah
yang mampu terjangkau dari sudut pandang pada sebuah teras di sore hari.
Butiran itu bertambah banyak lagi menyambarkan dirinya pada atap
melalui talang lalu berakhir diatas tanah, yang nantinya akan menghilang.
Masih atap-atap itu yang hanya mampu terpandangi dari sudut sini
Sudut yang dibatasi oleh tembok batoko setinggi 120 cm
Dari kejauhan terdengar 2 anak laki-laki kecil berlari, bergegas
mencari tempat berteduh. Salah satu anak laki-laki itu berkata, “angin nakal
!!!!”
“iya angin nakal, angin tiup hujan jadi basah mukaku” sahutnya lagi.
Suara anak laki-laki itu terdengar jelas beriring dengan hujan yang
masih mengucur...tak jauh dari tempat berpijak.
Masih tak bisa terjangkau seperti apa rupa kedua anak kecil itu,
mengerti bahwa angin meniupkan butiran
hujan dan membasahi wajah anak itu…
Bahkan celah pada dinding batako itu belum bisa memperlihatkan sosok
kedua anak laki-laki yang tidak mengeluh lagi pada angin yang bertiup dan pada
hujan yang membasahi wajahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar