Sabtu, 21 Desember 2013

DISAAT HUJAN



Tik…tik…tik…tik
Butiran-butiran air yang jatuh dari langit menerpa atap rumah-rumah yang mampu terjangkau dari sudut pandang pada sebuah teras di sore hari.
Butiran itu bertambah banyak lagi menyambarkan dirinya pada atap melalui talang lalu berakhir diatas tanah, yang nantinya akan menghilang.
Masih atap-atap itu yang hanya mampu terpandangi dari sudut sini
Sudut yang dibatasi oleh tembok batoko setinggi 120 cm

Dari kejauhan terdengar 2 anak laki-laki kecil berlari, bergegas mencari tempat berteduh. Salah satu anak laki-laki itu berkata, “angin nakal !!!!”
“iya angin nakal, angin tiup hujan jadi basah mukaku” sahutnya lagi.
Suara anak laki-laki itu terdengar jelas beriring dengan hujan yang masih mengucur...tak jauh dari tempat berpijak.
Masih tak bisa terjangkau seperti apa rupa kedua anak kecil itu, mengerti bahwa angin meniupkan butiran hujan dan membasahi wajah anak itu
Bahkan celah pada dinding batako itu belum bisa memperlihatkan sosok kedua anak laki-laki yang tidak mengeluh lagi pada angin yang bertiup dan pada hujan yang membasahi wajahnya


Desember

.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar